Kesenian tradisional desa Liberia Tahun 1925-1980
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu
Sebelum masuk dalam topik kita hari ini,alangkah baiknya kita membaca artikel sebelumnya tentang desa liberia
Salah satu kesenian tradisional desa Iiberia tahun 1925-1980 yang saat ini sudah terlupakan salah satunya adalah NITOWONG atau dalam bahasa sekarang disebut JELANGKUNG,nitowong tidak memiliki kaki, hanya satu rangkaian yg utuh seperti orang2an sawah. Dulunya kesenian ini digunakan untuk menghibur Belanda saat memasuki masa panen tiba.
Proses pembuatan Nitowong ini cukup mudah namun hanya orang2 tertentu saja yang bisa membuatnya.
Bahan pembuatan Nitowong ini diantaranya
1. Siwor/gayung/Batok kelapa
2. Kocok/rinjeng
3. Kain/kebaya
4. Damen/Batang padi kering
5. Bedak, libstik
6. Kedok/ijuk
7. Tali
1. Siwor/gayung/Batok kelapa,
Siwor ini di buat sebagai media kepala namun bukan siwor/gayung yg sudah pecah atau rusak, tapi yg masih utuh.
Suwor ini dulunya di gunakan untuk mengambil air, saat itu warga disana umumnya mengunakan sumur dan di setiap depan rumah memiliki kendi sebagai tempat penampunagn air.
2. Kocok/rinjeng/kayu
Kocok terbuat dari rotan yg dirangkai seperti rinjeng
Sedangkan rinjeng terbuat dari bambu.
Rinjeng ini dulunya dibuat sebagai media tempat untuk panen kopi. Rinjeng ini berpasangan dengan centeng,kamplok,kantongan,karung, saat panen kopi barang ini sangat d butuhkan dan
Kayu sebagai media badana dari nitowong ini mengunakan kayu kopi.
3. Kain/kebaya
Kain ini sebagai media pakaian dan penutup kepala "seperti orang memakai kerudung" atau kebaya,juga di berikan selendang layaknya seorang penari.
4. Damen/Batang padi kering
Dmen/Batang padi kering ini di gunakan sebagai media tangan, kalau jaman dulu batang padinya tinggi2 karena cara panen padi jaman dulu mengunakan Ani-ani. "Nah untuk ani-ani ini ad cerita menarik namun akan di bahas di artikel selanjutnya"
5. Bedak dan libstik
Media ini sebagai perias wajah Nitowong juga di buatkan mata,alis,hidung juga mulut. agar terlihat cantik dan menarik seperti bidadari. HiHiHi...
6.Kedok/ ijuk
Kedok/ijuk ini di gunakan sebagai media rambut
7. Tali
Tali sebagai pengikat antar kayu,siwor,kocok,kedok dan jerami padi untuk di jadikan satu rangkaian.

Cara memainkan nitowong ini membutuhkan tiga orang, dua orang memegang tangan dan satu orang memegang badan,itupun jika pesertanya kuat namun jika tidak maka pesertanya akan bertambah lima orang,Kemudian di iringi dengan gamelan,Gejeng lesung dan Mega mendung juga tembangan
"Nitowong-nitowong gayol-gayol ginontong, ginontong nge tali gande alah iye' neng gembongan,,,,,
Cah angon-cah angon penek no blimbeng agong, nyu-lunyu penek no kanggo sehboh mengkok sore, pumpong Padang rembulane,
Pumpong jembar kalangan ne,Jo sue-sue ndalan mesakake seng dolanan,,"sura'-sura' horeeee".................................??????.

Uniknya lagi benda mati ini bisa bergerak sendiri mengikuti alur gamelan juga tembangan.
Nitowong ini Dimainkan di halaman rumah yang luas atau tanah lapang juga saat bulan purnama penuh dan bulan2 tertentu, sebelum di mainkan nitowong ini ditempatkan di belakang rumah dan di tutupi kain juga di beri kemenyan setelah solat Maghrib.
Umumnya permainan nitowong ini dilakukan saat panen tiba, tujuannya untuk menghibur masyarakat dan "kenapa harus bulan purnama penuh juga di tanah lapang" di sini mengundang filosofis warga masyarakat bahwa nitowong ini bidadari yang turun dari rembulan kemudian masuk kedalam boneka tersebut, di sisi lain karena pada saat itu belum ada penerangan maka saat yang tepat adalah bulan purnama penuh tujuannya agar warga bisa melihat dan juga bisa bersilahturahmi karena pada saat itu belum ada penerangan dan hiburan, salah satu orang di desa Liberia yang bisa membuat nitowong ini adalah Mbah "JENURI" dan salah satu pesertanya adalah Mbok SUDARNI kalau saya menyebutnya mbok "Nel".
Dulunya warga di sana mempercayai bahwa nitowong ini bisa menyembuhkan penyakit,konon saat nitowong di mainkan warga tidak boleh berfikiran buruk/jahat jika tidak maka akan di pukul oleh nitomowng sendiri dengan kepalanya(siwor).
Dengan seiringnya waktu sejak tahun 1980 sampai sekarang permainan ini sudah tidak ada lagi.
Meski sekarang eramoderen Kesenian ini patut di lestarikan dan di kembangkan,jangan sampai hilang begitu saja,karena kesenian ini bisa dikemas dalam bentuk seni era moderenisasi.
Narasumber
Edy Suprayetno
Oleh
Eka trisutrisno
Komentar
Posting Komentar